Manajemen Modal


Survei membuktikan bahwa banyak pemain saham yang rugi!  Anda sudah siap menghadapi “cobaan” di bursa saham, Anda tahu analisa teknikal, dan Anda sering benar, tapi kenapa Anda masih rugi?  Mungkin Anda belum mengetahui dua aturan manajemen modal ini.

Bagi Anda pemain saham baru, memiliki banyak saham sekaligus sungguh memusingkan.  Anda bingung mana yang mau dijual, mana yang mau dibeli, dan berapa lot…  Pusing juga karena harga saham yang naik dan turun dengan cepat.

Bagaimanapun, manajemen modal ini perlu dilakukan secara otomatis, dan harus Anda patuhi kalau Anda ingin terus berada di pasar modal untuk waktu yang lama.

Anda harus mengetahui dua aturan sakral ini.



Aturan 2%

Aturan 2% bunyinya begini:  Anda tidak boleh mengambil resiko dalam satu posisi melebihi 2% dari modal Anda.

Ilustrasinya begini.  Contohnya Anda sedang memperhatikan saham BUMI karena mendapat bocoran dari teman, bahwa teman dari temannya (friend of friend of friend), yang katanya bandar akan segera mengangkat saham tersebut.

Anda tertarik, dan Anda baca dari situs ini atau situs lainnya katanya BUMI sudah golden cross.  Singkatnya, Anda mau beli saham BUMI.

Kita misalkan saja modal Anda Rp.50jt.  Pertama-tama Anda harus hitung 2% dari Rp.50jt, yaitu Rp.1jt.  Uang sejumlah satu juta rupiah itu saja yang bisa Anda resikokan dalam saham BUMI tersebut, dan ini berlaku untuk posisi apapun.

OK, kita kembali ke kasus saham BUMI.  Anda melihat di pasar saham BUMI sedang diperdagangkan di angka 2300.  Berapa lot Anda harus beli ya?  Dari grafik yang Anda pelajari, Anda melihat MA20 saham BUMI ada di 2000, dan Anda memutuskan jika BUMI sampai menyentuh angka 2000, maka Anda harus cut loss (trader harus cut loss).

Jadi, ada selisih 300 antara harga pembelian Anda dengan harga cut loss Anda jika Anda terbukti salah.  Jadi berapa maksimum Anda boleh membeli saham BUMI?  Bagi satu juta Anda tadi dengan 300, maka Anda mendapatkan angka 3.333 lembar saham.  Satu lot adalah 500 lembar saham, jadi Anda maksimum cuma boleh beli 6 lot.  Maksimum!

Andaikan BUMI benar turun sampai 2000, Anda harus segera cut loss sesuai dengan rencana Anda sebelumnya.

Begitu juga dengan saham lainnya.  Kita lanjutkan proses pemikirannya.  Kemudian Anda melirik saham ADRO, karena katanya fundamentalnya lebih bagus dari BUMI dan uang Anda baru terpakai sedikit jadi bisa beli lagi.

ADRO sedang ditawarkan di harga 2100.  Anda melihat support berada di 2000.  Berapa Anda boleh beli ADRO?  Coba Anda hitung dulu…  Kami tunggu.

Satu juta dibagi selisih, yaitu 100, didapat 10.000.  Jadi Anda boleh membeli 20 lot ADRO.  Maksimal!  Anda putuskan mau beli 10 lot saja, boleh saja.  Tapi kalau 25 lot, tidak boleh!
Dan begitu seterusnya sampai Anda terbentur aturan yang kedua di bawah ini.


Aturan 6%

Aturan 6% bunyinya begini:  Anda tidak boleh mengambil seluruh total resiko pada posisi lebih dari 6% dari modal Anda.

Artinya apa?  Jika modal Anda Rp.50jt seperti contoh kita di atas, maka seluruh resiko posisi Anda jika dijumlahkan tidak boleh lebih dari 6% x Rp.50jt yaitu Rp3jt.

Mari kita ilustrasikan.  Misalkan posisi Anda begini:  Modal Rp.50jt.  Anda memegang saham BUMI 6 lot di harga 2300 dengan support 2000, ADRO 20 lot@2100 dengan support 2000, dan TLKM 2 lot @8900 dengan support 8000.  Anda baru menghabiskan modal Anda sebesar Rp.36.800.000, bolehkah Anda menambah saham lagi?

Kita hitung resiko dulu:

BUMI:  6 x 500 x Rp.300 = Rp.900.000.
ADRO:  20 x 500 x Rp.100 = Rp.1.000.000.
TLKM:  2 x 500 x Rp.900 = Rp.900.000.

Total Resiko:  Rp.2.800.000.

Anda cuma boleh menambah resiko sebesar Rp.200.000 lagi.  Misalkan nantinya Anda mau membeli ENRG di harga 160 dengan support 150, maka Anda cuma boleh beli maksimal: Rp.200.000/10 = 20.000 lembar atau 40 lot, walaupun modal Anda masih sisa.

Kapan Anda boleh menambah posisi?  Jika saham Anda sudah bergerak meninggalkan resikonya dan Anda memasang trailing stop, menaikkan batas cutloss Anda ke harga pembeliannya.

Sebagai contoh, setelah tiga hari, ADRO mencapai harga Rp.2400, sedangkan yang lain tidak bergerak (misalnya!) dan Anda memutuskan menaikkan trailing stop ke harga pembelian yaitu Rp.2100, dimana Anda bilang kepada diri Anda tidak akan membiarkan ADRO jatuh di bawah 2100 di situ Anda akan jual!

Maka Anda mendapat lagi kesempatan untuk menambah resiko sebesar Rp.1.000.000,-.  Pokoknya selama total resiko tidak lebih besar dari tiga juta, Anda boleh tambah posisi!

Tapi, pada suatu ketika, pasar benar-benar melawan Anda dan Anda harus cut loss di semua posisi hingga Anda rugi tiga juta rupiah, apa yang harus Anda lakukan?  Anda harus tutup semua posisi terbuka Anda dan Anda tidak boleh bertransaksi sampai bulan berikutnya sambil mereview sistem Anda.

Anda diperbolehkan trading bohong-bohongan.  Hal ini menghindarkan Anda dari market crash dan kesalahan sistem yang akut.  Anda harus terus menerus belajar dan beradaptasi di pasar modal karena pasar selalu berubah.  Anda butuh waktu.  Dengan aturan 6% ini, setidaknya Anda butuh lebih dari satu setengah tahun untuk bangkrut jika Anda rugi terus menerus…  Bandingkan dengan orang lain yang mungkin cuma butuh satu bulan untuk bangkrut dengan terus menerus average down.


Mengenai Margin Trading

Sebagai penutup, bagi pemain baru, jangan pernah tergoda untuk mengambil margin, karena margin akan mengekspos lebih banyak modal Anda kepada resiko.  Anda boleh saja mengambil margin jika semua posisi Anda sudah bebas resiko, artinya Anda bermain dengan uang market.  Tapi jangan perlakukan margin untuk mendapatkan uang dengan cepat.  Hasilnya, nanti uang Anda yang habisnya cepat!

Patuhi aturan 2% dan 6%!  Ini akan menyelamatkan hidup finansial Anda.

Sudahkah Anda manajemen portfolio Anda dengan baik?


No comments:

Pages