WINDOW DRESSING DATANG, PILIHAN SAHAM CONSUMER DINILAI BAKAL JADI BINTANG!



 

          Setelah banyak diterpa katalis negatif terkait pandemi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa bergerak naik memasuki kuartal IV-2021. Sejak awal tahun hingga Jumat (22/10), IHSG sudah naik menjadi 11,12%. Potensi kenaikan IHSG masih terbuka terutama karena menjelang akhir tahun, biasanya terjadi window dressing. Umumnya kenaikan terjadi di Oktober-Desember. Momen ini dapat dimanfaatkan investor untuk mengambil keuntungan jangka pendek dengan memanfaatkan volatilitas tinggi. Window dressing bisa terjadi karena beberapa hal, seperti manajemen perusahaan menggenjot kinerja secara signifikan di akhir tahun sehingga perusahaan mencatat laba di atas ekspektasi, membaiknya data-data ekonomi menjelang akhir tahun, hingga pola anomali pasar saham yang secara historis terulang dan menjadi kebiasaan.

Gambar 1. Grafik Kinerja Saham Big Caps Bulanan

IHSG sudah mencatatkan kenaikan sebesar 9,28% atau 582.981 poin dalam timeframe kumulatif sebulan. Hal ini sangat mengejutkan banyak investor karena saham-saham big caps sudah mulai rebound dari downtrend-nya. Terlihat dari grafik kinerjanya, sangat terlihat kenaikan yang cukup signifikan sejak 16 Agustus 2021. Investor asing pasar saham masuk ke bursa RI dengan catatan beli bersih asing mencapai Rp 1,24 triliun di pasar reguler. Sementara, asing mencatatkan jual bersih di pasar negosiasi dan pasar tunai sebesar Rp 34,66 miliar.


 Indeks sektor konsumer menjadi salah satu sektor penyumbang kenaikan kinerja IHSG yang sedang dalam keadaan bullish. Setelah sebelumnya sektor ini sangat dihindari oleh para investor karena terkenal lambat dalam volatilitas harga sahamnya, sektor ini malah menjadi sektor yang mempunyai volume yang tinggi dan paling banyak dicari para traders untuk digunakan investor jangka pendek. Sektor industrial menjadi indeks sektoral bursa yang paling melesat, yakni mencapai 2,26%. Di posisi kedua, ada indeks sektor barang konsumer non-siklis dan sektor finansial yang masing-masing terkerek naik 1,75% dan 0,75%.

Nama Emiten

Current Price

(1 Oktober 2021)

Last Price

(22 Oktober 2021)

Persentase Kenaikan

Unilever Indonesia (UNVR)

3930

4850

23,41%

Hanjaya Mandala Sampoerna (HMSP)

1020

1115

9,31%

Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP)

8350

9100

8,91%

Gudang Garam (GGRM)

32500

34875

7,31%

Indofood Sukses Makmur (INDF)

6325

6650

5,11%

Nippon Indosari Corpindo (ROTI)

1330

1375

3,50%

Mayora Indah (MYOR)

2390

2410

0,84%

            Dilihat dari tabel tersebut, Saham UNVR telah melonjak dalam sepekan menjadi 23,41% kemudian dalam sebulan kembali melejit. Adapun secara year to date (ytd) saham UNVR masih ambles 34,01%. Di bawah saham UNVR, ada saham HMSP yang terkerek naik 9,31% ke Rp 1.115/saham. Asing mencatatkan beli bersih Rp 2,92 miliar di saham HMSP. Dalam sepekan saham ini melemah -2,62%, sementara dalam sebulan melesat 12.63%. Dari ranah makroekonomi, sentimen positif yang turut mendorong saham-saham barang konsumen akhir-akhir ini adalah soal mulai membaiknya persepsi atau keyakinan konsumen dalam melihat ekonomi RI seiring adanya pelonggaran kebijakan mobilitas publik di tengah pandemi Covid-19. Menurut data Bank Indonesia (BI), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan September 2021 yang juga mengalami kenaikan. BI mencatat IKK September 2021 sebesar 95,5, meningkat dari 77,3 pada bulan sebelumnya.

            Ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi mendatang terpantau menguat dan berada pada area optimis (>100). Penguatan ekspektasi konsumen didukung oleh kenaikan pada seluruh aspek pembentuknya, yaitu ekspektasi penghasilan, ekspektasi ketersediaan lapangan kerja, dan ekspektasi kegiatan usaha. Kenaikan IKK juga terjadi sejalan dengan pelonggaran pembatasan aktivitas publik. Perbaikan sentimen konsumen juga menjadi katalis positif untuk IHSG. Kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di bulan pertama kuartal terakhir sendiri sering diatribusikan kepada aksi beli para investor yang 'curi start' dalam mengoleksi saham-saham unggulan (blue chip) atau berkapitalisasi pasar besar (big cap) yang biasanya pada akhir tahun terkena efek window dressing. Window dressing sendiri bisa dibilang sebagai suatu strategi memoles laporan keuangan bagi emiten maupun portofolio yang dimiliki oleh fund manager sehingga terlihat lebih cantik di mata investor.

            Kesimpulannya dari segi makroekonomi dan ekspektasi dari investor, emiten-emiten consumer goods masih bisa dipantau untuk dikoleksi pada bulan-bulan ini. Adanya window dressing menambah probabilitas kenaikan harga emiten consumer good lebih maksimal ditambah dari segi volume transaksi sudah menunjukkan adanya kenaikan setelah sebelumnya sektor ini jarang sekali peminatnya. Dengan ditambah kenaikan yang nyata diantara saham-saham berkapitalisasi pasar besar membuat siklus consumer good bakal menjadi bintang.

DISCLAIMER ON!

No comments:

Pages