Bahan Pangan Alami Inflasi, Emiten Saham Per-unggasan diminta Jaga Eksistensi

    Ayam dan telur merupakan bahan makanan yang populer bagi masyarakat indonesia bahkan dunia. Ketersediaannya yang melimpah membuat kita tak perlu khawatir akan permintaan yang terus bertumbuh. Menurut Kementrian Pertanian, persentase tingkat konsumsi terbesar berada di warga usia muda karena ayam dan telur yang menjadi sumber protein ini dibutuhkan dalam produktivitas kerja. 
    Perusahaan unggas akhir-akhir ini sedang dilanda ketidakpastian. Dilihat secara makro ekonomi global, negara-negara pengimpor daging ayam dan telur mengalami kesulitan pasokan karena ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina. China juga sebagai manufaktur utama menjadi hambatan yang membuat aktivitas ekonomi melambat. Hal itu, membuat harga pangan global naik secara signifikan yang membuat harga ayam dan telur di Indonesia mengalami volatil. 
    Pengaruh makroekonomi global terhadap Indonesia adalah kenaikan inflasi yang signifikan mencapai angka 4,94% pada Juli 2022, naik 0,59% dari sebelumnya. Hal ini berdampak pada kenaikan bahan pangan di Indonesia, seperti ayam dan telur. Dilansir dari CNBC news, harga telur ayam rata-rata nasional berada di angka Rp. 31.600/kg dan daging ayam di harga Rp. 36.400/kg. Harga tersebut dinilai merugikan para peternak ayam karena perolehan margin yang semakin menipis. Oleh karena itu, pemerintah membantu dengan menetapkan kebijakan ambang batas harga, dimana harga pangan harus berada di antara harga ambang batas atas dan bawah. Dengan itu, fluktuasi dapat diatasi dan didukung oleh indeks keyakinan konsumen (IKK) Indonesia mengalami kenaikan 1,39% dari awal tahun 2022 yang membuat produksi ayam dan telur diprediksi akan dipenuhi dengan permintaan yang sesuai rencana. 
    Emiten perunggasan juga mendapat dampak dari ketidakpastian harga terhadap keadaan fundamental perusahaan. Namun, emiten dalam sektor ini, seperti CPIN, JPFA, MAIN, dan WMPP memiliki strategi yang bisa membantu pemerintah dalam penyesuaian harga ayam, dari daging ayam mentah sampai olahan karena mayoritas emiten perunggasan memiliki integrasi vertikal bisnis dari hulu ke hilir. Dari segi fundamental prospek bisnis memang sektor ini sangat menjanjikan untuk kedepannya, bisa dibilang long-term growth sector. Selanjutnya, kami juga harus menganalisis dari history harga dengan analisa teknikal sebagai berikut: 

CPIN (PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk) 

Sumber: TradingView and team estimate 

    Kondisi CPIN dalam keadaan uptrend dimulai dari 9 juni 2022, dimana hal itu diperkuat oleh penembusan struktur market (BoS) yang membuat uptrend ini valid. Selain itu, harga juga diatas moving average (100 dan 200) yang menandakan pilihan yang cocok untuk jangka menengah maupun panjang. Namun, untuk bulan juli terlihat sideways pada posisi support 5475-5550 dan posisi resisten 6000-6075. Untuk mengikuti skenario optimis seperti pada gambar, kita bisa memilih posisi buy pada range menyentuh trendline dan/atau titik support. Jika harga menembus resisten, maka titik resisten menjadi support yang berarti penurunan selanjutnya tidak boleh menembus titik ini. Jika dinyatakan valid, maka harga akan menuju resisten kedua di harga 6550 dengan potential return 9,62%. Skenario kedua jika harga menembus trendlinenya, maka harga akan menuju pada titik support/ demand area di area 5475-5550, dimana titik resiko ini bisa dianjurkan opsi untuk sell untuk mengurangi resiko sehingga hanya mendapatkan potential loss 5,53%. 

JPFA (PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk) 

Sumber: TradingView and Team estimate

Kondisi JPFA dalam keadaan uptrend dimulai dari 12 Mei 2022, dimana hal itu diperkuat oleh harga yang berada di atas moving average (100 dan 200) yang menandakan pilihan yang cocok untuk jangka menengah maupun panjang. Ada juga pola yang mendukung kenaikan di masa depan dengan adanya symmetrical triangle ditandai oleh harga berada diatas trendline juga. Dengan itu, titik resisten berada di 1630 dan titik support berada di titik 1490. Untuk mengikuti skenario optimis seperti pada gambar, kita bisa memilih posisi buy pada range menyentuh trendline dan/atau titik support. Jika harga menembus resisten, maka titik resisten menjadi support yang berarti penurunan selanjutnya tidak boleh menembus titik ini. Jika dinyatakan valid, maka harga akan menuju resisten pertama di harga 1705 dengan potential return 14,05%. Skenario kedua jika harga menembus trendlinenya, maka harga akan menuju pada titik support/ demand area di area 1355-1335, dimana titik resiko ini bisa dianjurkan opsi untuk sell untuk mengurangi resiko sehingga hanya mendapatkan potential loss 6,21%. Dengan keadaan fundamental dan teknikal yang masih bisa bertahan di keadaan krisis ini, kedepannya masih menunggu inovasi terbaru dan dukungan baik dari masyarakat atau kebijakan pemerintah dalam perkembangan sektor pangan, khususnya unggas agar bisa mempertahankan eksistensi di kancah persaingan industri. 

Disclaimer: Informasi yang diberikan hanya untuk berbagi bukan ajakan untuk membeli, tetap analisis sesuai apa yang kita pahami masing-masing.

Pages