‘Deal, No Deal BREXIT’ Sebagai Sentimen Pasar Investasi Indonesia


Deal, No Deal Brexit


Keputusan Inggris Raya (United Kingdom) untuk keluar dari Uni Eropa melalui referendum (British Exit/Brexit) telah mengguncang pasar uang dunia dan berpotensi menyebabkan babak baru krisis ekonomi global. keputusan ini akan menyebabkan resesi. Brexit meningkatkan ketidakpastian dan risiko usaha, yang pada gilirannya menyebabkan tertekannya nilai investasi dan transaksi perdagangan. Pelemahan ekonomi Inggris Raya dipastikan akan menekan turun pertumbuhan ekonomi di Uni Eropa, yang pada akhirnya akan melemahkan ekonomi dunia. Tanda-tanda awal berdampaknya pelemahan ekonomi Inggris Raya ke negara-negara lain di Uni Eropa sudah terlihat pada hampir semua pasar modal di Eropa menurun drastis, terutama pasar modal Perancis yang terkoreksi 8% dan pasar modal Jerman yang turun hampir 7%.
            Uni Eropa (UE) sepakat memperpanjang tanggal jatuh tempo perceraian Inggris dengan Uni Eropa hingga 22 Mei 2019. Sedianya, Brexit akan diputuskan pada 29 Maret, Perpanjangan waktu tersebut dapat terjadi apabila proposal Brexit disetujui oleh Parlemen Inggris pekan depan.
Apabila proposal masih juga ditolak, perpanjangan waktu yang diberikan EU hanya sampai tanggal 12 April. Ini berarti harus ada pemungutan suara lagi di parlemen perihal proposal Brexit yang diajukan oleh Perdana Meneteri Inggris,Theresa May. Belum ada jadwal pasti kapan dan bagaimana pemungutan suara atas proposal Brexit ini dilakukan. Namun yang jelas, harus ada suatu aksi yang dilakukan terhadap proposal Brexit pecan depan. 

Sentimen Pasar Investasi Indonesia
            

Bagi Indonesia sendiri, Brexit tentu akan berdampak terhadap perekonomian baik melalui transmisi pasar keuangan, perdagangan maupun investasi. Di mana besar kecilnya dampak pada perekonomian Indonesia tergantung pada respons kebijakan yang akan diambil.Pasar keuangan Indonesia sudah pasti juga terkena dampak Brexit. Maklum, pemain asing masih sangat dominan dalam pasar keuangan Indonesia.
            Inggris memiliki hubungan kerjasama ekonomi yang penting bagi Indonesia. Nilai perdagangan kedua negara mencapai US$2,35 miliar, sementara investasi Inggris di Indonesia mencapai US$503,2 juta pada 2015. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi dari Inggris sepanjang kuartal I/2016 menduduki urutan ke-14 dariseluruh negara yang menanamkan modal asing di Indonesia atau sekitar US$54,87 miliar.
Hasil referendum keanggotan Inggris di Uni Eropa yang memilih opsi keluar memberikan pengaruh pada nilai Indeks Harga Saham Gabungan. Indeks Harga Saham Gabungan adalah pergerakan-pergerakan harga untuk saham biasa dan saham preferen (Jogiyanto, 2015). Indeks ini diperlukansebagai sebuah indikator untuk mengamati pergerakan harga dari sekuritas-sekuritas yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. 
Pada tanggal 24 Juni 2016 atau sehari setelah hasil referendum diumumkan, nilai IHSG terkoreksi 39,74 poin atau sebesar 0,82% ke level Rp4.834,57 [2]. Sentimen negatif ini muncul karena adanya kepanikan dikalangan investor karena keputusan Inggris untuk keluar dari UniEropa. Hasil referendum tersebut menyebabkan nilai tukar poundsterling terhadap dolar Amerika menurun dan adanya kekhawatiran terhadap neraca perdagangan Inggris dengan negara-negara Uni Eropayang mengalami defisit. Hal ini memberikan sinyal negatif bagi perkembangan perekonomian Inggris pasca keluar dari Uni Eropa.Sebagai bentuk kepanikan terhadap hasil referendum tersebut, investor melakukan aksi jual sehingga menyebabkan nilai IHSG terkoreksi cukup besar. Investor lebih memilih untuk mengalihkan investasinya ke dalam bentuk emas dan valas selain poundsterling (dolar dan yen menjadi pilihan utama). Investasi ini dinilai lebih aman karena harga emas cenderung meningkat dan nilai dolar semakin menguat. Hal ini jugadipicu oleh pelemahan nilai tukar poundsterling yang berdampak pada mata uang seluruh negara.
Setiap perkembangan, baik positif maupun negative dari proses Brexit yang rumit ini patut dipantau agar tak salah langka dalam berinvestasi. Di samping itu, rilis data-data perekonomian di sejumlah negara juga patut diperhitungkan.
            


                                             -Invest Department 2019-
            

No comments:

Pages